Hai...Teman,

Selamat Datang Di Blogku.

Minggu, 30 September 2012

Puisi

 Jejak-Jejak Kaki

Suatu malam aku bermimpi berjalan-jalan di sepanjang pantai bersama TUHAN-ku…
Melintas di langit gelap babak-babak hidupku…
Pada setiap babak, Aku melihat dua pasang kaki
Yang satu milikku yang lain milik TUHAN-ku…..

Aku menengok jejak-jejak kaki di atas pasir, dan…betapa terkejutnya diriku…
Kulihat bahwa acapkali di sepanjang hidupku hanya ada sepasang jejak kaki…
Aku sadar…bahwa ini terjadi justru saat hidupku berada pada saat yang sangat menyedihkan

Hal ini selalu menggangguku…
Dan akupun bertanya kepada TUHAN tentang dilemaku ini…
“TUHAN, ketika aku mengambil keputusan untuk mengikutiMu, ENGKAU berjanji akan selalu berjalan dan bercakap-cakap denganku disepanjang jalan hidupku…Namun ternyata dalam masa yang paling suit dalam hidupku, hanya ada sepasang jejak kaki. Aku benar-benar tidak mengerti!!! Mengapa…ketika aku sangat membutuhkanMu, ENGKAU meninggalkan aku ?”

IA menjawab dengan lembut: ”AnakKu…,AKU sangat mengasihimu dan tidak akan pernah membiarkanmu, terutama sekali ketika pencobaan dan ujian datang…
Apabila engkau melihat hanya ada sepasang jejak kaki, itu karena engkau berada dalam gendonganKU .”

(Oleh : Margaret Fishback Powers)

Rabu, 26 September 2012

“Bagaimana Membungkam Tukang Gosip?”*

Tidak ada yang lebih disukai si Z daripada menyebarkan gossip. Dia langsung mengabari seseorang setiap ada berita “terbaru”, dan dia senang ketika mendapatkan kesempatan untuk ‘berbagai’ desas-desus tersebut, dan dia selalu melakukannya jika ada kesempatan. 

Biasanya orang yang “senang” bergosip melakukannya karena beberapa alasan berikut ini : 
1). Prilaku buruk orang lain memberinya kesempatan untuk merasa lebih nyaman dengan prilakukanya sendiri. – orang seperti ini seringkali merasa bahwa apa yang dia lakukan benar dimata dia sendiri, dan membicarakan prilaku negative orang lain merupakan suatu keharusan supaya orang-orang yang sepaham di komunitas itu tahu. 
 2). Dengan membicarakan kehidupan orang lain, dia tidak harus menghadapi masalah dalam kehidupannya sendiri. – bisa jadi orang yang suka bergosip adalah sebagai pelampiasan dari masalahnya sendiri, sehingga menganggap sifat negative orang lain itu lebih penting ketimbang masalahnya sendiri. 
3). Bergosip memberinya perasaan ‘berkuasa’. Dia tahu sesuatu yang tidak diketahui orang lain, orang lain akan datang kepadanya mencari informasi, memberinya perasaan bahwa dirinya penting. 

Susah-susah gampang memang untuk menghentikan kebiasaan orang yang suka bergosip, diperlukan strategi yang bersifat Psikologis agar prilaku buruk ini tidak menjadi ‘duri dalam daging’ dalam sebuah komunitas, baik sekolah maupun komunitas-komunitas lainnya. 

Strategi-strategi psikologis berikut bisa digunakan untuk ‘membungkam’ si tukang gosip, antara lain: 
a). Bebaskan Egoku : Berikan dia penghormatan/pujian dan perhatian, biasanya orang yang senang bergosip adalah orang yang butuh perhatian dan kasih saying dari orang-orang disekelilingnya. 
b). Momentum Internal : Katakan padanya dengan terbuka dan sopan bahwa kita tidak menyukai tindakannya yang suka bergosip, katakana dengan penuh perhatian dan kasih. Hal ini akan membuatnya berpikir terlebih dahulu jika ia ingin menggosipkan orang lain 
c.). Berikan rumor yang tidak masuk akal pada si penggosip, dia tidak akan tahu mana yang benar atau salah. Dan dia akan lelah sendiri dengan permainan gosip ini serta tidak akan dianggap serius ketika dia mencoba menyebarkan gosip. 

Menggosipkan orang lain memang bukanlah sikap yang terpuji, justru akan membuat kita tampak ‘kekanak-kanakan’ alias tidak dewasa secara mental dan rohani. Oleh karena itu jika kita tidak menyukai prilaku tertentu dari orang lain lebih baik katakan secara jujur dan terbuka, orang akan menaruh respect terhadap kita ketimbang membicarakannya dibelakang layar, ingat pribahasa ‘Mulutmu, Hariamaumu’. Berbicara dan bertindaklah lebih dewasa seiring usia.! 


*Artikel pendek ini diadaptasi dari buku How to change Anybody karya David J. Lieberman (seorang ahli prilaku manusia) dan terjemahannya diterbitkan Penerbit Serambi

Orang Politik Itu…!

Kadang saya ingin tertawa, sekaligus jengkel. Wah, kenapa…? Begini ceritanya; Sebenarnya menjadi guru di sekolah menengah itu bukanlah cita-cita saya, inginnya kalau pun ditakdirkan sebagai pengajar lebih baik sekalian jadi dosen sajalah, kan lebih santai dan tidak terlalu super sibuk seperti guru-guru SD, SMP dan SMA yang cukup melelahkan (maaf bukannya mengeluh, cm sekedar curhat..hehee..). Namun, yang paling membuat saya jengkel mungkin bukan ‘super sibuknya’ tetapi ketika dianggap tidak mau mengalah ketika beradu argument dengan patner-patner guru yang lain. Maklum, sebagai lulusan ilmu politik seringkali ada semacam ‘cap’ bahwa orang politik itu kalau berdebat sering tak mau mengalah, sok tahu, dan lain sebagainya.
Padahal secara gitu, sebagai seorang yang pernah merasakan duduk dibangku kuliah berdebat atau beragumentasi adalah sebuah keharusan, mempertahankan pendapat selagi dalam batas-batas yang wajar dengan argument yang menyakinkan saya rasa bukanlah sebuah ‘kesombongan’. Pernah, suatu ketika saya berdebat dengan seorang cewek yang juga merupakan pengajar di sekolah yang sama. Perdebatan kami cukup sengit, ibaratnya seperti seorang pemain tenis saya sering melakukan smash dengan argument yang cukup menekan sehingga membuat dia kewalahan untuk menangkal semua argument-argument saya. Hingga, pada akhirnya sambil berlalu dia berujar…gitulah orang politik enggk pernah mau mengalah, orang waras diam jaklah, ujarnya singkat!. Keningku pun berkerut mendengar komentar singkatnya yang bernada kesel. Disaat itu juga giliran saya juga yang ketularan rasa jengkelnya, Kalah berargument politik dibawa-bawa, ternyata ‘orang politik itu…!.’Hahaaa…..

Senin, 24 September 2012

BUKU VS SOCIAL NETWORKING


 Kiranya kita semua sepakat bahwa buku memang merupakan gudang ilmu selain internet, tidak salah jika kita masih selalu mengingat kata bijak yang selalu dipajang di dinding kelas Sekolah dasar (SD) yang berbunyi “Buku adalah jendela dunia”, “Buku adalah Gudang Ilmu”, dan lain sebagainya. 
Namun ada yang sangat mengkhwatirkan dalam dunia pendidikan kita terutama dikalangan siswa dan mahasiswa, yakni menurunnya minat baca dan meningkatnya jumlah pengguna Social Networking dikalangan Siswa dan Mahasiswa. 

Bandingkan dengan Negara tetangga kita kita seperti Malaysia, singapura, Filipina, Brunei, berapa jumlah buku yang wajib mereka baca setiap tahunnya. Hal ini bukan tanpa alasan yang jelas, meningkatnya kemajuan teknologi yang tidak diimbangi dengan penanaman minat baca sejak kecil tentu akan berakibat fatal.

Kita bisa perhatikan jumlah pengguna Facebook dan Twitter yang semakin meningkat tajam jumlah penggunanya dalam hitungan detik. Teknologi seringkali seperti dua mata uang, teknologi bisa berefek positif seperti menyebarnya pengetahuan baru dengan lebih cepat tanpa batasan ruang dan waktu. 

Efek negatifnya kita semakin tak bisa melepaskan diri dari produk teknologi seperti Facebook dan twitter, serta mudahnya generasi muda mengcopy-paste hasil karya cipta orang lain tanpa mencantumkan sumber yang jelas dan sah, mudahnya mereka mengakses dan men-download foto-foto ‘bugil’ dan film-film forno. So, pilihan ada sama diri kita sendiri mana yang lebih bermamfaat. Bijaklah dalam memilih karena pilihanmu menentukan masa depanmu. Fight!.